Kamis, 12 Januari 2012

Akhlak Islamiyah OLEH : Septian Ibrahim

I. Pengertian Akhlak

Pengertian akhlak secara etimologis adalah perangai, kebiasaan, tradisi, perbuatan dan tingkah laku, baik terpuji maupun tercela. Perkataan akhlak berasal dari bahasa Arab bentuk jamak dari khuluq.
Untuk memberikan gambaran tentang akhlak disini dikemukakan beberapa definisi atau batasan pengertian dari beberapa ahli antara lain :
Definisi Ibnu Athir dalam kitabnya An-Nihayah.
Khuluq ialah gambaran batin manusia yang tepat (yaitu jiwa dan sifat-sifatnya), sedangkan akhlak gambaran bentuk luarnya.
Definisi Ibnu Maskawih dalam kitabnya Tahdzibul Akhlaq Wa Tathhirul A’raq, akhlak ialah :
Sikap jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan (terlebih dahulu).
Definisi Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya ‘Ulumiddin :
Akhlak ialah ungkapan tentang sikap jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan / pikiran (terlebih dahulu).
Akhlak Islamiyah adalah akhlak dengan sumber ajaran wahyu Allah yang tercantum dalam kitab suci al-Qur’an dan dicontohkan oleh Rasul Muhammad melalui sunnahnya sehingga tidak dipengaruhi oleh ruang dan waktu. Moral atau etika adalah prilaku yang bersumber dari masyarakat sehingga dipengaruhi oleh ruang dan waktu.

II. Akhlak Rasulullah
Salah satu dari ajaran pokok agama Islam yang dibawa Rasul Muhammad SAW adalah konsepsi yang berkaitan dengan penyempurnaan akhlak. Akhlak yang diajarkan Rasul Muhammad misinya bersifat abadi dan universal, yaitu untuk seluruh manusia disepanjang masa. Ia merupakan inti ajaran Islam yang memberi bimbingan bagi kehidupan mental dan jiwa umat manusia yang dalam dimensi inilah terletak hakekat dan martabatnya. Sikap mental, kehidupan jiwa dan akhlak yang luhur itulah yang menentukan wujud dari kehidupan Nabi Muhammad SAW. Mengenai misi pokoknya yang berkaitan dengan penyempurnaan akhlak, beliau bersabda : “Sesungguhnya aku dibangkitkan untuk melengkapi kesempurnaan akhlak”. (H.R. Baihaqi).
Seluruh aspek dari sejarah kehidupan dan perjuangannya, menjadi bukti bagi umat manusia akan kebenaran sabda beliau tersebut. Dari masa kanak-kanak sampai masa dewasa, menyusul masa dibangkitnkannya menjadi Rasul, dipenuhi dengan bukti-bukti sejarah. Tidak pernah dijumpai cacad atau kekurangan dalam sejarah hidup Nabi, meskipun beliau hidup dalam lingkungan masyarakat jahiliyah yang diliputi dengan kebodohan dan kedzaliman. Pribadinya yang agung dan kokoh tidak terpengaruh oleh lingkungannya yang tidak baik, karakternyalah yang kemudian merubah secara berani kehidupan manusia dizamannya dan zaman sesudahnya menuju kehidupan yang lebih baik. Ia mengubah suatu masyarakat dari manusia jahiliyah yang terbelakang dan tidak dikenal sejarah menjadi suatu masyarakat yang modern yang diperankan oleh manusia-manusia baru yang beriman dan bertaqwa. Dalam waktu yang relatif singkat dengan keluhuran akhlaknya, beliau berhasil merubah masyarakat yang terbelakang menjadi masyarakat maju yang menentukan sejarah dunia.
Al-Qur’anul Karim memuji akhlak beliau dalam salah satu ayatnya : “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berada pada akhlak yang agung”. (al-Qalam, 68 : 4). Keagungan akhlak Rasulullah menjadi contoh dari suri taudalan bagi setiap orang yang beriman dan mereka yang ingin meraih kesuksesan dalam segala kehidupan. Kaum muslimin secara keseluruhan diperintahkan oleh al-Qur’an agar menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai contoh dan tauladan dalam segala kehidupannya sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia menyebut Allah sebanyak-banyaknya”. (al-Ahzab, 33 : 21).

Dalam kegiatan hariannya, Rasul Muhammad SAW terus membimbing umatnya menuju kepada akhlak yang luhur, beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Manusia diarahkan menghubungkan silaturahmi terhadap sesamanya, memuliakan tamu, berbuat baik terhadap tetangga, mencintai orang lain sebagaimana mencintai dirinya sendiri. Semua orang dibimbing dengan penuh kebijaksanaan menjadi manusia-manusia yang penyantun dan dermawan, bahwa tangan di atas lebih baik dan dicintai dari tangan yang di bawah. Pada setiap orang dituntunnya agar setia memegang amanah, berdisiplin, memenuhi janji, melaksanakan kewajiban dan menunaikan hak-hak sesama. Ucapan Rasulullah SAW seperti juga ucapan para sahabatnya dan orang-orang yang beriman selalu sesuai dengan perbuatan dan kenyataan.

III. Fungsi Akhlak
Akhlak Islamiyah secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu akhlak terhadap Khalik atau pencipta (Allah SWT) dan akhlak terhadap makhluk. Makhluk dibagi menjadi dua bagian yaitu manusia dan bukan manusia. Akhlak terhadap manusia terdiri dari enam bagian yaitu akhlak terhadap : (1) Para Nabi dan Rasul, (2) akhlak terhadap diri sendiri, (3) akhlak terhadap keluarga, (4) akhlak terhadap masyarakat, (5) akhlak terhadap bangsa, dan (6) hubungan antar bangsa.
Akhlak terhadap makhluk bukan manusia terdiri dari : (1) Akhlak terhadap hewan (faun`), (2) akhlak terhadap tumbuh-tumbuhan, (3) akhlak terhadap benda mati.
Akhlak kepada Khalik (Allah) antara lain :

Mencintai Allah melebih cinta kepada segalanya.
Mencintai dan membenci sesuatu karena Allah semata.
Bersikap takut kepada Allah dengan jalan menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Senantiasa mengharap dan mencari Ridhonya.
Mensyukuri nikmat dan karunia-Nya.
Bertobat dan berdo’a kepada-Nya
Menerima dengan tulus terhadap segala qada dan qadar-Nya
Senantiasa bertawakkal pada-Nya
Membaca dan mempelajari firmannya.

Akhlak terhadap para Nabi dan Rasul :

Mentauladani Sunnahnya.
Mengucapkan shalawat atasnya.
Mengerjakan perintahnya dan menjauhi larangannya.
mengikuti akhlak dan kehidupannya.

Akhlak terhadap diri sendiri :

Menjaga kesucian diri dan menutup aurat.
Jujur dalam perkataan dan perbuatan.
Menepati janji, sabar, rendah hati, memiliki budaya malu.
Menghindari hasad (dengki) dan dendam.
Berlaku adil terhadap diri sendiri, keluarga dan orang lain.
Menjauhi segala perkataan dan perbuatan sia-sia.
Bersikap ikhlas, merasa cukup dengan apa yang ada dan bersyukur.

Akhlak terhadap keluarga :

Mendidik keluarga (istri, anak, dan sebagainya).
Menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang.
Saling menunaikan kewajiban dengan baik.
Berbakti kepada orang tua.
Mengekalkan hubungan silaturahim.

Akhlak terhadap tetangga :


Saling bantu dan menolong.
Saling mengunjungi, saling memberi dan saling hormat-menghormati.
Saling menghindari pertengkaran dan permusuhan.

Akhlak terhadap masyarakat :

Menghormati nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat.
Tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa.
Memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Menyantuni fakir miskin.
Bermusywarah dalam segala urusan.
Memuliakan tamu dan anggota masyarakat.
Menunaikan Amanah.

Akhlak terhadap lingkungan hidup :

Mengelola alam (benda mati, flora dan fauna) untuk kepentingan bersama yang bermanfaat sesuai dengan yang diamanatkan Allah SWT.
Kasih terhadap sesama makhluk.
Tidak menyakiti hewan atau merusak alam.

Ber-Islam sekaligus Ber-Indonesia

Indonesia adalah negeri dengan jumlah penduduk pemeluk Islam terbesar di dunia. Indonesia juga merupakan negeri paling beraneka ragam baik sosial, politik, ekonomi, maupun secara geografis. Meski demikian bangsa kita sampai hari ini masih tetap bisa bersatu dibawah naungan Pancasila dan Falsafah Bhineka Tunggal Ika.

Haruskah Indonesia mengganti dasar Pancasila dengan dasar Negara islam?. jawabannya bisa iya bisa tidak. Tapi yang perlu diketahui bahwa Pancasila itu sudah sangat islami. Hanya kebetulan bungkus luarnya saja yang menggunakan bahasa sansekerta. Bukan bahasa Arab. Tapi yang jelas Islam itu bukan Arab, sehingga ukuran keislaman tidak harus diukur seberapa arabkah objek yang sedang kita ukur.
Lima sila dalam pancasila kalau mau jauh kita kaji akan syarat dengan nilai-nilai keislaman yang Selma ini kita miliki. Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini senada dengan QS. Al Ikhlas : 1 yang berbunyi Qul huwallahu ahad (katakanlah Tuhan itu satu). Kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Islam adalah agama yang sangat memanusiakan manusia dan menjunjung tinggi keadilan. Sebelum Islam datang perempuan dalam tradisi Quraisy sangat tidak dimanusiakan, lalu Islam datang mangangkat drajat dan hak-hak kemanusiaan perempuan. Ketiga, Persatuan Indonesia. Dalam Al quran Allah berfirman wa’tashimuu bihablillahi jami’an wa laa tafarroquu. Hal ini menegaskan bahwa persatuan dan kerukunan merupakan bagian dari ajaran islam. Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Islam tidak mengajarkan kediktatoran, feodalisme maupun imperialism. Kepemimpinan menjadi sebuah keniscayaan yang pada dasarnya haruslah menjunjung tinggi hikmah dan kebijaksanaan, bukan dalam rangka keperluan salah satu golongan ataupun kepentingan salah satu bangsa saja. Kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Islam adalah agama sosial, sekitar 75% ajaran Islam menurut Nur Cholis Madjid adalah membahas tentang permasalahan sosial. Keadilan dan kesamarataan dalam bidang sosial merupakan nilai-nilai yang diperjuangkan Islam.
Sehingga sangat jelas bahwa pancasila yang sampai hari ini dijadikan sebagai dasar Negara kita adalah final. Karena apa yang terkandung didalamnya sudah sangat Islami dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai keislaman. Islam adalah agama luhur, keluhurannya tidak akan berkurang kapanpun dan dimanapun. Sehingga ber-Islam dan ber-Indonesia merupakan dua hal yang senafas dan sejalan, keduanya tidak bertabrakkan satu sama lainnya.
Lakum dinukum waliyadin….
di postkan oleh : Kang ataji

ROBHITOH MA’HADIL ISLAMIYAH (RMI) Oleh : Septian Ibrahim


ROBHITOH MA’HADIL ISLAMIYAH (RMI) ; merupakan ajang buat kita2 anak santri yang doyan tuh buat berkompetisi secara islami, banyak banget kegiatan yang sifatnya perlombaan yang dapat kita pake buat ajang exis nan islami. mulai dari baca kitab gundul ato kitab kuning, ceramah, telling contest sampek yang bakat olah raga juga tertampung di sini.  nah acara yang di adakan tiap 2tahun sekali ini selalu meriah dan seru karen pesertanya adalah santri2 yang ada di seluruh kabupaten banyuwangi.  acara yang terlaksana pada maret tahun 2011, dalam hal ini kita yang notabenenya juga bagian  dari sekian banyak popes di banyuwangi ikut nimbrung nih  . . . yahhh untuk memeriahkan sekaligus mengukir prestasi. ponpes-al-anwari gitcu louh…..
naaah tuh poto kita2 santri2 ponpes-al-anwari, saat baru nyampek di base camp……aseeek gak tuh . .


alhamdulillah ya, sesuatu!
gak sia2 juga kita berangkat dari banyuwangi kota menuju ke tempat RMI terselenggara yakni di pondok pesantren miftahul ulum desa bengkak-wongsorejo . . . . lumayan jauh lah dari pusat kota banyuwangi. yah ada hasil lah dari kita yang cuma persiapan mendadak bgt . .
nih ada azwar anas dan khori muzakki yang menang lomba pidato bahasa inggris masing2 juara 2 dan harapan 2. alhamdulillah ya..!
terus ada bahrurohhim atao ayunk yang menang lomba pidato bahasa indonesia
ahmad surur dan ayu nadliroh masing2 juara satu pidato bahasa arab
khoiru fuadi yahya dan lina dalila juara harapan muhafadzoh imriti
dan lailatul musliha juara harapan baca kitab ta’lim . . .lagi2 alhamdulillah ya . . .lihat ni yang ad di bawah seru2an kang . . .
monggo . . .
wehhh kang surur dia pidato bahasa arab loh . . .“kjhghjbm hjgdjhmjdmbashgsnbhjdhj,m mghasnbdbnbhgd,mb”ztttt dst . . . .”

widiiiih mbak asmiyati . . .nah yang ni kang ayunk . . .
khoru muzakki rek . . .cakep2
al anwari kertosari ooo oooal anwari kertosari ooo ooo
al anwari kertosari ooo ooo al anwari kertosari ooo ooo
disini kami mendukungmu . . .

itulah penyemangat untuk kemenangan kita.
semoga yang sedikit dari santri- santri ini dapat menjadikan manfaat lan barokah dari ilmu pengetahuan agama kita.
matur sembah nuwun dumateng Gusti Allah yang selalu memberikan rohimNya kepada umat islam.
kanjeng nabi Muhammad SAW. semoga syafaatnya dapat melindungi kita atas siksa panas bara api neraka.
K.H. Achmad siddiq S.Ag MHI selaku pengasuh dan ayah kita semua.
jajaran pengurus podok putra pitri ponpes-al-anwari
dan untuk seluruh santri Al-Anwari (AIBS)
salam jabat hati santri al-anwari
wassalamualikum warahmatullahi wabarokatuh . . . . .

Al-Anwari Ma'had







pondok pesantren Al-Anwari merupakan lembaga pendidikan islam yang masih exist di lingkup kehidupan kota, terutama kecamatan kota banyuwangi.
pondok yang terletak di desa kertosari-kec.banyuwangi ini merupakan pondok yang besasakan tabiyah salafiyanh atau sistem pendikan salaf atau kuno, ini terlihat dasri kitab – kitab yang di gunakan dan sistem penagajaran dan penyampaian materi keislaman yang masih mengunakan sistem salaf , seperti kitab – kitab kuning dan sorogan ,dll
selain itu pondok pesantren Al-Anwari juga memiliki sistem kehidupan bermasyarakat yang kholafiyah atau modern namun tidak lepas dari syariat – syariat islam, ini terlihat dari flexibelitas kepengurusan pondok yang memberi kesempatan para santrinya untuk hidup bermasyarakat langsung dengan warga sekitar, seluruh santri putra maupun putri di beri kesempatan seluas – luasnya untuk berkreasi sesuai denagan kreatifitas masing – masing, mulai dari jalur pendidikan umum yang di pilih, maupun berkecimpung dengan organisasi kemasyarakatan yang tersebar di seluruh kota.
inilah yang menjadikan pondok pesantren al-anwari menjadi pondok yang berbasis salafiyah namun berwawasan kholafiyah
Itulah, profile Pesantrenku. semoga Al-Anwari mampu terus mencetak remaja – remaja islam yang tangguh dan handal yang berwawasan islam sejati yang mampu menjadi akses perubahan yang beradab sesuai dengan syariat -syariat islam . . . AMIN !!!

TUJUH PERKARA YANG SELALU MENGALIR PAHALANYA Oleh : H. Agus Halimi, Drs. M.Ag.


“Ada tujuh hal yang mengalir pahalanya bagi seorang hamba sampai ke alam kubur antara lain  :
   1. Seseorang yang mengajarkan ilmunya,
  2. membuat sungai,
 3. Membuat sumur
 4. Menanam Pepohonan,
5. Membangun Masjid,
6. Mewariskan mushaf Al-Qur’an
7. Memiliki anak yang shaleh yang selalu mendo’akan dan memohon ampunan untuk kedua
  orangtuanya setelah keduanya meninggal dunia”. 

KEUTAMAAN SIFAT TAWADHU’ Oleh: Agus Halimi


"Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.(QS Al-Furqan,25: 63)
Manusia itu terdiri atas jasmani dan ruhani, yang harus dipenuhi kebutuhannya dan dipelihara stabilitasnya secara seimbang. Kita sering mengisi dan mengasah otak kita dengan ilmu pengetahuan, tapi kita melupakan ruhani kita dengan siraman ruhani (agama), baik aqidah, ibadah, maupun akhlak. Padahal, manusia disebut insan karena ruhaninya, bukan jasmani semata.
Ada faktor yang menyebabkan manusia menolak kebenaran dan bersikap takabur/sombong kepada manusia lain:
Pertama, pengaruh harta kekayaan, tokoh yang ditampilkan Al-Qur-an, diperankan oleh Qarun.
Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa[1138], maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (QS Al-Qashash: 76)
Kedua, pengaruh ilmu pengetahuan, yang diwakili oleh Haman, seorang menristeknya Firaun.
Dan berkatalah Fir'aun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, (37).  (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan Sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta".. (QS Al-Mu’min:36-37)
Ketiga, pengaruh kekuasaan yang ditampilkan Al-Quran dalam sosok Firaun sendiri.
Firaun (seraya) berkata:"Akulah Tuhanmu yang paling tinggi".(QS al-Nazi’at: 24)
Itulah gambaran Al-Quran tentang tokoh-tokoh yang memiliki kedudukan yang tinggi dan terhormat di tengah-tengah masyarakatnya, baik lantaran ilmu, kekayaan, dan kekuasaan, tetapi tidak dibarengi dengan bimbingan ruhani yang bersifat keagamaan. Bahkan, mereka cenderung menentang dakwah dan ajaran agama yang dibawa Nabi Musa dan Harun.
Jika kita mencermati penyakit bangsa kita, menurut Hasil Seminar Lemhanas ke-17, maka kita dapat menjumpai salah satunya, adalah bangsa Indonesia cenderung bersikap fragmentasi. Artinya, penghargaan kepada seseorang dilihat dari jabatan, ilmu, atau kekayaannya. Ini jelas-jelas merupakan penyakit yang mengkhawatitrkan dan harus dicarikan obat penawarnya, yaitu menumbuh-suburkan sikap/sifat tawadhu’.
Apa pengertian tawadhu’ itu ?
Di dalam referensi keagamaan, Al-Fudhail ditanya orang tentang arti Tawadhu’i : ”Anda tunduk kepada kebenaran, meskipun kebenaran itu disampaikan anak kecil atau yang tidak pandai.”
Ibnu Mubarak mengatakan, arti tawadhu’ yang paling tinggi adalah: ”menempatkan diri pada posisi yang sejajar dengan orang yang status ekonominya lebih rendah, sehingga tiada lagi kesenjangan antara keduanya. Sebaliknya, menempatkan diri pada posisi yang sejajar dengan orang yang lebih tinggi status ekonominya, sehingga tiada kesenjangan/perbedaan posisi antara keduanya.”:
Kebalikan dari tawadhu’ adalah takabbur yang didefinisikan ulama, ”menolak kebenaran (al-haq) dan memandang rendah orang lain.”
Jadi, orang yang sombong adalah orang yang memandang orang lain lebih buruk/ rendah daripada dirinya.

Ringkasnya, orang yang tawadhu’ adalah orang besar/terhormat yang mampu menempatkan diri  di hadapan orang yang lebih rendah kedudukan atau status ekonominya, sehingga tidak ada jurang pemisah di antara keduanya.
Di dalam sebuah hadis, Rasulullah membandingkan antara keduanya sebagai berikut:
”Barang siapa merendah karena Allah satu derajat, maka Allah akan mengangkatnya satu derajat, sehingga menjadikan dirinya  di Iliyyin. Barang siapa menyombongkan diri kepada Allah satu derajat, maka Allah akan merendahkannya hingga direndahkan serendah-rendahnya.”(HR Ibn Majah, Abu Ya’la, Ibn Hibban, dan Hakim).
Keutamaan sikap Tawadhu’ ?
Pada awalnya sifat tawadhu’ ini ditujukan kepada orang yang terhormat, berkedudukan tinggi, dan orang besar, yang dikhawatirkan akan timbul kesombongan; dengan diingatkan oleh seorang bijak:

Rendah hatilah kamu, niscaya kamu seperti bintang yang tampak di permukaan air (berada di bawah), padahal sebenarnya dia berada di tempat yang tinggi/terhormat.
Kalau kita renungkan bahwa orang yang tawadhu’ itu tidak akan rugi dan tidak akan kehilangan apa-apa (nothing to loose). Namun, justru sikap itu akan mengangkat derajatnya setinggi-tingginya dalam pandangan Allah, di samping  terhormat./tinggi di depan manusia.

Abu Nu’aim berkata:
 Barangsiapa yang rendah hati karena Allah, maka Dia akan mengangkat derajatnya, padahal  dia sendiri merasa diri kecil/lemah, tetapi terhormat di mata manusia. Sebaliknya, orang yang sombong, maka Allah akan merendahkannya, padahal dirinya merasa besar, sedangkan orang-orang memandangnya(orang yang takabur) rendah, bahkan lebih rendah daripada hewan.”
Kenapa kita harus bertawadhu’?
Pertama, kalau kita sombong dengan harta dan jasa orang tua kita, seorang arif bijaksana menelanjangi diri kita, dengan ungkapan sebagai berikut:

إ
Jika anda bangga( kepadaku)  dengan kudamu, maka keindahan dan keggahan itu milik kudamu, bukan milik anda.
Jika anda berbangga dengan pakaian dan asesorismu, maka keindahan itu milik pakaian dan asesoris anda, bukan milik anda
Dan jika anda berbangga dengan jasa nenek moyangmu, maka jasa dan keutamaan itu milik mereka, bukan milik kita
Jika keutamaan dan keindahan itu bukan bagian dari dirimu, maka anda terlepas dari keindahan/kekegagahan itu
Maksudnya, boleh jadi orang menghargai dan menghormati kita, bukan lantaran hormat atas keindahan diri/kepribadian kita, melainkan karena benda-benda yang ada di sekeliling kita. Bahayanya, begitu benda-benda itu hilang dari kita, maka orang lain tidak lagi menghormati kita. Namun, bila orang hormat kepada kita karena keindahan pribadi kita, maka ada atau tidak ada benda-benda itu di sekeliling kita, maka orang akan tetapi menghormati kita. Kalau pun tidak ada orang yang menghormati kita, Allah pasti akan tetap memuliakan kita, karena keimanan dan akhlak kita. ”Inna akramakum ’ indallah at-qakum.” ”Hargailah orang lain (bersikap tawadhu’lah) kepada orang yang lebih rendah daripada kita, niscaya orang lain akan menghormati kita.
Kedua, kalau kita sombong dengan ilmu, maka di atas orang yang berilmu itu ada Dzat yang Maha Berilmu, yaitu Allah. Sebagaimana firman-Nya dalam QS Yusuf,10: 79 di bawah ini:

”dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang Maha Mengetahui”
Ketiga, kalau kita sombong dengan kekuasaan, maka kekuasaan itu ada ujung dan akhirnya, paling lambat kalau kita sudah mati. Allah melukiskan bagaimana penyesalan orang yang sombong dengan harta dan kekuasaannya, yang karena itu tidak mau sujud kepada Allah dan bersikap sombong kepada manusia.

(27).  Wahai kiranya kematian Itulah yang menyelesaikan segala sesuatu,(28).  Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku.(29).  telah hilang kekuasaanku daripadaku."

Sebagai renungan bagi kita, agar kita tetap merendah dan merakyat, tanpa ada pengaruh harta/ilmu, dan kekuasaan yang membuat kita menjadi sombong kepada orang lain, maka mari kita simak hadis qudsi:

 Rabbul Izzati berfirman dalam Hadis Qudsi:
Aku menyintai 3 perkara, tetapi cinta-Ku kepada 3 perkara lagi lebih kuat:
• Aku menyintai orang fakir yang rendah hati, tapi cinta-Ku lebih kuat kepada orang kaya yang rendah hati.(dia punya sarana untuk berlaku sombong, tetapi ia tetap rendah hati/tawadhu’)
• Aku menyintai orang kaya yang pemurah, tetapi kecintaan-Ku kepada orang miskin yang pemurah ,jauh lebih kuat.
• Aku menyintai orang tua yang taat (kepada-KU), tetapi kecintaan-Ku lebih kuat kepada pemuda yang taat.
Aku membenci 3 perkata, tetapi kebencian-Ku kepada 3 perkara lainnya lebih kuat lagi:
• Aku membenci orang kaya yang sombong, tetapui Aku lebih benci kepada orang miskin yang sombong.
• Aku membenci orang miskin yang bakhil, tetapi kebencian-Ku kepada orang kaya yang bakhil, jauh lebih kuat.
• Aku membenci pemuda yang berbuat maksiat, tetapi kebencian-Ku lebih kuat kepada orang tua yang berbuat maksiat.
Semoga Allah membimbing kita menjadi orang yang rendah hati, pemurah, dan taat kepada Allah, apa pun posisi kita di masyarakat.